Benzena dan Turunannya
1. PENGERTIAN
BENZENA
Benzena adalah senyawa
organik siklik (berbentuk cincin) dengan enam atom karbon yang bergabung
membentuk cincin segi enam. Nama IUPAC Benzena (atau
1,3,5-sikloheksatriena). Dan nama lainnya Benzol. Rumus
molekul benzena memperlihatkan sifat ketakjenuhan dengan adanya ikatan
rangkap. Tetapi ketika dilakukan uji bromin benzena tidak memperlihatkan
sifat ketakjenuhan karena benzena tidak melunturkan warna dari air bromin. Rumus
molekulnya adalah C6H6.
2. SENYAWA-SENYAWA TURUNAN BENZENA
Banyak senyawa kimia
penting yang berasal dari benzena. Senyawa-senyawa ini dibuat dengan cara
menggantikan satu atau lebih atom hidrogen pada benzena dengan gugus
fungsional lainnya. Contoh dari senyawa
turunan benzena sederhana adalah fenol, toluena, anilina, biasanya disingkat dengan PhOH, PhMe, dan PhNH2.
2 cincin benzena yang berikatan akan membentuk bifenil, C6H5–C6H5.
Pada kimia heterosilik, atom karbon pada cincin benzena digantikan oleh
elemen lainnya. Salah satu senyawa turunan yang paling penting adalah cincin
yang mengandung nitrogen. Penggantian satu CH dengan N akan membentuk senyawa piridina pyridine, C5H5N. Meskipun benzena dan
piridina secara struktur berhubungan, tapi benzena tidak dapat diubah menjadi
piridina. Penggantian ikatan CH kedua dengan N akan membentuk senyawa piridazin, pirimidin atau pirazin tergantung dari posisi atom N yang menggantikan CH.
3. TATA
NAMA SENYAWA BENZENA
Semua senyawa yang mengandung cincin benzena
digolongkan sebagai senyawa turunan benzena. Penataan nama senyawa turunan benzena
sama seperti pada senyawa alifatik, ada tata nama umum (trivial) dan tata nama
menurut IUPAC yang didasarkan pada sistem penomoran. Dengan tata nama IUPAC,
atom karbon dalam cincin yang mengikat substituen diberi nomor terkecil. Menurut
IUPAC, benzena dengan satu substituen diberi nama seperti pada senyawa
alifatik, sebagai gugus induknya adalah benzena. Contoh:
Hidroksibenzena Aminobenzena Nitrobenzena
Benzena dengan gugus alkil sebagai substituen,
diklasifikasikan sebagai golongan arena. Penataan nama arena dibagi ke
dalam dua golongan berdasarkan panjang rantai alkil. Jika gugus alkil berukuran
kecil (atom C 6) maka gugus alkil diambil sebagai substituen dan benzena
sebagai induknya.
Contoh:
Butilbenzena Isopropilbenzena
Jika gugus alkil berukuran besar
(atom C 6) maka benzena dinyatakan sebagai substituen dan alkil sebagai rantai induknya.
Benzena sebagai substituen diberi nama fenil– (C6H5–, disingkat –ph).
Contoh:
Gugus benzil Gugus
fenil 3-feniloktana
Benzena
dengan dua gugus substituen diberi nama dengan awalan:orto– (o–), meta–
(m–), dan para– (p–). rto– diterapkan terhadap substituen
berdampingan (posisi 1 dan 2), meta– untuk posisi 1 dan 3, dan para–
untuk substituen dengan posisi 1 dan 4.
o-hidroksimetilbenzena m-hidroksimetilbenzena p-hidroksimetilbenzena
Jika
gugus substituen sebanyak tiga atau lebih, penataan nama menggunakan penomoran
dan ditulis secara alfabet. Nomor terkecil diberikan kepada gugus fungsional
(alkohol, aldehida, atau karboksilat) atau gugus dengan nomor paling
kecil.
Disamping
tata nama menurut IUPAC, juga terdapat beberapa nama yang sudah umum (trivial),
misalnya:
IUPAC:
Metilbenzena Fenilamina/amino benzena Feniletena/vinilbenzena
Trivial: Toluena Anilin Stirena
IUPAC : Metoksibenzena/fenil metil eter Hidroksibenzena/fenilalkohol
Trivial : Anisol Fenol Benzaldehida Asam benzoat
Tata nama trivial sering kali dipakai sebagai nama
induk dari benzena.
Penomoran untuk senyawa seperti ini dimulai dari
gugus fungsional.
Contoh:
3,4-diklorotoluena Asam
3,4-dibromobenzoat Asetofenon
4.
REAKSI SUBSTITUSI BENZENA
Reaksi benzena umumnya melalui reaksi substitusi,
walaupun ada sebagian reaksi yang melalui reaksi adisi. Macam-macam substitusi
benzena di antaranya halogenasi benzena, nitrasi benzena, dan reaksi
riedel-crafts.
a.
Halogenasi Benzena
Dengan
adanya katalis besi(III) klorida atau aluminium klorida, benzena dapat bereaksi
dengan klorin ataupun bromin membentuk senyawa halobenzena pada suhu kamar.
Persamaan reaksinya:
Benzena dapat
juga bereaksi dengan klorin atau bromin tanpa bantuan katalis jika ada cahaya
ultraviolet (cahaya matahari dapat juga diterapkan). Reaksi yang terjadi adalah
pembentukan radikal bebas dari halogen.
Reaksi ini
melibatkan reaksi adisi dan substitusi atom klorin pada cincin benzena
membentuk beberapa senyawa klorobenzena.
b.
Nitrasi Benzena
Campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat
dengan volume sama dikenal sebagai campuran nitrasi. Jika campuran ini
ditambahkan ke dalam benzena, akan terjadi reaksi eksotermal. Jika suhu
dikendalikan pada 55°C maka hasil reaksi utama adalah nitrobenzena, suatu
cairan berwarna kuning pucat (Gambar 7.4). Reaksinya secara umum:
Fungsi asam sulfat dalam reaksi
di atas adalah untuk menghasilkan kation nitril, NO2+ dari asam
nitrat. Persamaan reaksinya:
2H2SO4
+ HNO3 ↔ 2HSO4- + H3O+
+ NO2+
Kation nitril selanjutnya bereaksi dengan benzena
membentuk nitrobenzena:
Jika
campuran nitrasi dan benzena dipanaskan pada suhu di atas 60°C selama lebih
kurang satu jam maka gugus nitro yang kedua akan menukargantikan atom H pada
cincin benzena. Setelah campuran reaksi dituangkan ke dalam air akan terbentuk
kristal kuning pucat dari di–
atau
tri–nitrobenzena.
Benzena Monosubstitusi
Benzena dengan satu substituen alkil
diberi nama sebagai turunan benzena, misalnya etilbenzena. Sistem IUPAC tetap memakai
nama umum untuk beberapa benzena monosubstitusi, misalnya toluena, kumena,
stirena.
Nama-nama umum seperti fenol,
anilina, benzaldehida, asam benzoat, anisol juga tetap
digunakan dalam sistem IUPAC.
Dalam molekul yang lebih kompleks,
cincin benzena sering diberi nama sebagai substituen yang terikat pada rantai
utama. Dalam hal ini gugus C6H5- diberi nama gugus fenil (bukan benzil). Nama benzil digunakan untuk gugus C6H5CH2-.
Dalam molekul yang mengandung gugus
fungsi lain, gugus fenil dan gugus benzil sering diberi nama sebagai
substituen.
Contoh :
Benzena Disubstitusi
Bila
benzena mengikat dua substituen maka terdapat kemungkinan memiliki tiga isomer
struktur. Apabila kedua substituen diikat oleh atom-atom karbon 1,2- disebut kedudukannya
orto (o) satu sama lain, dan apabila diikat
oleh atom-atom karbon 1,3- disebut meta (m), dan 1,4- disebut para (p). Jika salah satu di antara dua substituen yang terikat pada
cincin brnzena memberikan nama khusus, seperti misalnya toluena , anilina, maka
senyawanya diberi nama sebagai turunan dari nama khusus tersebut. Perlu diingat
bahwa substituen yang memberikan nama khusus tersebut dianggap menempati posisi
nomor 1. Sistem IUPAC menggunakan nama umum xilena untuk ketiga isomer
dimetilbenzena, yaitu o-xilena, m-xilena, dan p-xilena. Apabila kedua
substituen tidak memberikan nama khusus, maka masing-masing substituen diberi
nomor, dan namanya diurutkan berdasarkan urutan abjad, dan diakhiri dengan kata
benzena. Atom karbon yang mengikat substituen yang urutan abjadnya lebih dahulu
diberi nomor 1.
Contoh-contoh senyawa benzena
disubstitusi:
Benzena Polisubstitusi
Apabila
terdapat tiga atau lebih substituen terikat pada cincin benzena, maka posisi
masing-masing substituen ditunjukkan
dengan nomor. Jika salah satu substituen memberikan
nama khusus, maka diberi nama
sebagai turunan dari nama khusus tersebut. Jika semua substituen tidak
memberikan nama khusus, posisisnya dinyatakan dengan nomor dan diurutkan sesuai
urutan abjad, dan diakhiri dengan kata benzena.
CONTOH :
Hidrokarbon aromatik poliinti adalah
hidrokarbon aromatik yang memiliki dua atau
lebih cincin aromatik. Setiap pasang
cincin aromatik mengguanakan bersama dua atom
karbon. Contoh: naftalena,
antrasena, dan fenantrena.
5.
SIFAT, KEGUNAAN, SERTA
DAMPAK SENYAWA BENZENA DAN TURUNANNYA
Sifat yang dimiliki senyawa
turunan benzena sangat beragam bergantung pada jenis substituennya. Sifat-sifat
khas ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal. Senyawa benzena dan turunannya
banyak digunakan di bidang kesehatan, industri, pertanian, dan sebagai bahan
peledak. Beberapa pabrik di Indonesia, yaitu Bekasi dan Surabaya telah
memproduksi bahan kimia turunan benzena seperti alkil benzena sulfonat yang digunakan
sebagai bahan baku pembuatan detergen.
Sifat Fisik:
- Zat cair tidak berwarna
- Memiliki bau yang khas
- Mudah menguap
- Tidak larut dalam pelarut polar seperti air
air,
tetapi larut dalam pelarut yang kurang polar atau nonpolar,
seperti eter dan tetraklorometana - Titik Leleh : 5,5 derajat Celsius
- Titik didih : 80,1derajat Celsius
- Densitas : 0,88
Sifat Kimia:
- Bersifat kasinogenik (racun)
- Merupakan senyawa nonpolar
- Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar
dengan menghasilkan banyak jelaga
- Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari
pada adisi.
(untuk mengetahui beberapa reaksi subtitusi pada benzena
Berikut ini beberapa senyawa benzena dan
turunannya.
1. Benzena
Benzena merupakan zat kimia yang tidak berwarna, mudah terbakar,
dan berwujud cair. Benzena digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan plastik
dan bahan kimia lainnya, seperti detergen dan bahan bakar kendaraan. Namun,
benzena juga diketahui dapat menyebabkan kanker sel darah putih (leukimia) bagi
manusia. Jika mengisap benzena dengan kadar yang cukup tinggi, dapat
menyebabkan kematian.
Meminum atau memakan makanan yang mengandung benzena dalam jumlah
cukup tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah, mulai dari muntah-muntah,
iritasi lambung, kepala pusing, hingga kematian.
2. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat memiliki sifat analgesik, antipiretik, antiradang, dan
antikoagulan. Karena sifat-sifat itulah aspirin biasanya digunakan sebagai obat sakit
gigi dan obat pusing. Senyawa ini memiliki titik didih 140 °C dan titik leleh 136 °C. Mengonsumsi aspirin
secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan. Di antaranya
gangguan pencernaan pada lambung, seperti sakit maag dan pendarahan lambung.
3. Anilina
Anilina memiliki rumus kimia C6H5NH2 dan biasa dikenal dengan nama fenilamina atau
aminobenzena. Senyawa turunan benzena ini mengandung gugus amina. Anilina
memiliki wujud cair pada suhu kamar dan tidak berwarna (colorless). Titik didihnya 184 °C,
sedangkan titik lelehnya –6 °C. Senyawa anilina mudah menguap dan menimbulkan bau
tak sedap, seperti ikan yang membusuk. Dilihat dari sifat kimianya, anilina tergolong basa lemah. Anilina
dapat bereaksi dengan asam kuat
menghasilkan garam yang mengandung ion anilinium (C6H5–NH3+).
Selain itu, anilin juga mudah bereaksi dengan asil halida (misalnya asetil
klorida, CH3COCl) membentuk suatu amida. Amida yang terbentuk dari anilin
disebut anilida. Misalnya, senyawa dengan rumus kimia CH3–CO–NH–C6H5
diberi nama asetanilida. Anilina banyak digunakan sebagai zat warna. Bukan hanya itu,
anilina juga
digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai obat, seperti antipirina dan antifebrin.
Di balik kegunaannya, penggunaan anilina secara berlebihan dapat
mengakibatkan mual, muntah-muntah, pusing, dan sakit kepala. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa penggunaan anilina dapat menyebabkan insomnia.
4. Klorobenzena
Klorobenzena adalah senyawa turunan benzena dengan rumus kimia C6H5Cl.
Senyawa ini memiliki warna bening (colorless) dan mudah terbakar. Klorobenzena dapat diperoleh
dengan cara mereaksikan fenol dan fosfor pentaklorida. Klorobenzena tidak larut di dalam air serta memiliki
titik leleh –45
°C dan titik didih 131 °C.
5. Asam
Benzoat
Asam benzoat adalah senyawa
turunan benzena dengan rumus kimia C6H6CO2.
Asam benzoat memiliki sifat fisis di antaranya titik leleh 122 °C (252 °F) dan titik
didih 249 °C (480 °F). Penggunaan utama dari asam benzoat adalah sebagai
pengawet makanan.
6.
Nitrobenzena
Nitrobenzena
memiliki rumus kimia C6H5NO2. Turunan benzena ini dikenal juga dengan nama nitrobenzol
atau minyak mirbane. Nitrobenzena memiliki aroma almond, namun
bersifat racun. Kelarutan nitrobenzena dalam air
sekitar 0,19 g/100 mL pada 20 °C, titik lelehnya 5,85 °C, sedangkan titik
didihnya 210,9 °C. Nitrobenzena dapat digunakan sebagai pelarut dan bahan baku
pembuatan anilina serta digunakan juga dalam produk semir dan senyawa
insulator.
7.
Parasetamol
Parasetamol
atau asetaminofen merupakan zat analgesik dan antipiretik yang paling populer.
Parasetamol sering digunakan untuk mengobati pusing dan sakit kepala. Berikut
ini struktur molekul parasetamol. Sifat dari parasetamol antara lain titik
leleh 169 °C, kelarutan dalam air 1,4 g/100 mL (20 °C), serta larut di dalam
etanol. Tahukah Anda, dari manakah asal kata asetaminofen dan parasetamol?
Kedua nama tersebut berasal dari nama kimia kedua senyawa, yaitu N-acetyl-para-aminophenol
dan para-acetyl-amino-phenol.
Terlalu banyak mengonsumsi parasetamol dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
8.
Fenol
Fenol
dikenal juga dengan nama asam karbolat. Turunan benzena ini merupakan padatan
kristalin yang tidak berwarna. Rumus kimianya adalah C6H5OH. Dari nama dan
rumus kimianya, dapat diduga bahwa senyawa fenol mengandung gugus hidroksil
(–OH) yang terikat pada cincin benzena. Sifat-sifat fenol di antaranya,
kelarutannya di dalam air 9,8 g/100 mL, titik leleh 40,5 °C, dan titik didih
181,7 °C Fenol memiliki sifat antiseptik sehingga digunakan di dalam bidang pembedahan
untuk mensterilkan alat-alat. Fenol juga banyak digunakan dalam pembuatan obat,
resin sintetik, dan polimer. Fenol dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
9.
Asam Salisilat
Asam
salisilat merupakan turunan benzena yang tergolong asam karboksilat sehingga
asam salisilat memiliki gugus karboksil (–COOH). Adanya gugus ini menyebabkan
asam salisilat dapat bereaksi dengan alkohol membentuk ester. Misalnya, reaksi
asam salisilat dengan metanol akan menghasilkan metil salisilat. Asam salisilat
bersifat racun jika digunakan dalam jumlah besar, tetapi dalam
jumlah sedikit asam salisilat digunakan sebagai pengawet makanan dan antiseptik
pada pasta gigi. Perhatikan struktur molekul asam salisilat berikut.
10. TNT (Trinitrotoluene)
TNT (Trinitrotoluene)
merupakan senyawa turunan benzena yang bersifat mudah meledak. Senyawa TNT
diperoleh melalui reaksi nitrasi toluena. TNT digunakan sebagai bahan peledak
untuk kepentingan militer dan pertambangan. Senyawa TNT (Trinitrotoluene)
dibuat dengan cara mereaksikan toluena dan asam nitrat pekat, serta dibantu
katalis asam sulfat pekat.TNT sering disalahgunakan sebagai bahan peledak
sehingga merugikan umat manusia dan lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Harnanto, Ari
dan Ruminten. 2009. KIMIA 3 UNTUK SMA/MA KELAS XII. Jakarta. Setia Aji
Budi Utami, dkk.
2009. KIMIA UNTUK SMA/MA KELAS XII. Jakarta. CV.Haka Mj
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus